Beranda | Artikel
Sumber Rujukan dalam Menafsirkan Al-Qur`an (4)
Sabtu, 8 April 2017

Baca pembahasan sebelumnya:
Sumber Rujukan dalam Menafsirkan Al-Qur`an (3)

Rujukan Keempat:

Ucapan Tabi’in rahimahumullah yang Mengambil Ilmu Tafsir dari Sahabat radhiyallahu ‘anhum

Ucapan Tabi’in rahimahumullah tersebut merupakan salah satu rujukan tafsir Al-Qur`an karena para tabi’in adalah sebaik-baik manusia setelah para sahabat radhiyallahu ‘anhum yang paling terpercaya dalam mencari kebenaran, dan paling selamat dari hawa nafsu, serta bahasa Arab di masa tabi’in belumlah banyak mengalami perubahan. Oleh karena itu, mereka itu lebih dekat kepada kebenaran dalam memahami Al-Qur`an dibandingkan generasi setelah mereka.

Beberapa nama Tabi’in rahimahumullah yang masyhur dengan ilmu Tafsirnya, dan nama-nama mereka menghiasi kitab-kitab Tafsir, di antaranya yaitu:

  1. Penduduk Mekkah:

Mereka ini adalah murid-murid mufassir, Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, seperti Mujahid, Ikrimah, dan Atha` bin Abi Rabah rahimahumullah.

  1. Penduduk Madinah:

Mereka adalah murid-murid mufassir Ubay bin Ka’b radhiyallahu ‘anhu, seperti Zaid bin Aslam, Abul Aliyah, dan Muhammad bin Ka’b Al-Qurthubi rahimahumullah.

  1. Penduduk Kufah:

Mereka adalah murid-murid Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu, seperti Qatadah, Alqamah, dan Asy-Sya’bi rahimahumullah.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Apabila mereka (Tabi’in) bersepakat (ijma’) atas sesuatu, maka tidak ada keraguan tentang status kesepakatan tersebut sebagai hujjah, namun jika mereka berselisih, maka pendapat sebagian mereka tidaklah bisa menjadi hujjah atas sebagian tabi’in yang lainnya dan tidak pula menjadi hujjah atas orang yang setelah mereka. Maka dalam hal itu dikembalikan kepada bahasa Al-Qur`an atau As-Sunnah atau keumuman bahasa Arab atau pendapat para sahabat tentangnya” (Majmu’ Al-Fatawa 13/37).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah juga menyatakan, “Barangsiapa yang berpaling dari madzhab para sahabat dan tabi’in serta tafsir mereka, beralih kepada pendapat yang menyelisihinya, maka ia telah terjatuh kedalam kesalahan dalam hal itu, bahkan ia adalah seorang pelaku bid’ah (mubtadi’), namun jika ia (orang yang terjatuh kedalam kesalahan tersebut) seorang ulama mujtahid, maka ia diampuni kesalahannya” (Majmu’ Al-Fatawa 13/361).

Beliau rahimahullah juga berkata, “Maka barangsiapa yang menyelisihi pendapat mereka, dan ia menafsirkan Al-Qur`an dengan menyelisihi tafsir mereka, maka berarti ia telah salah dalam berdalil dan salah (pula) dalam menyimpulkan dalil sekaligus” (Majmu’ Al-Fatawa 13/362).

Contoh Penafsiran Mereka Banyak Jumlahnya:

  1. Allah Ta’ala berfirman

وَالَّذِينَ يَمْكُرُونَ السَّيِّئَاتِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ ۖ وَمَكْرُ أُولَٰئِكَ هُوَ يَبُورُ

“Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka adzab yang keras. Dan rencana jahat mereka akan hancur” (Faathir: 10).

Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan tafsir Salafus Saleh dalam kitab Tafsirnya, hal. 276, dengan mengatakan,

وقوله : { والذين يمكرون السيئات} : قال مجاهد ، وسعيد بن جبير ، وشهر بن حوشب : هم المراءون بأعمالهم ، يعني : يمكرون بالناس ، يوهمون أنهم في طاعة الله ، وهم بغضاء إلى الله عز وجل

“Dan firman-Nya dan orang-orang yang merencanakan kejahatan” Mujahid, Sa’id bin Jubair dan Syahr bin Hausyab berkata (tentangnya), “Mereka adalah para pelaku riya`(memamerkan ibadah agar dipuji manusia) amal-amal mereka, yaitu mereka berbuat tipu daya kepada manusia, menampakkan seolah-olah mereka berada dalam keta’atan kepada Allah, padahal sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang dibenci oleh Allah.”

  1. Allah Ta’ala berfirman,

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ

Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan perbuatan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.”

أُولَٰئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan” (Huud : 15-16).

Salafus Shaleh menyebutkan bahwa yang termasuk kedalam kandungan ayat ini, diantaranya adalah orang yang melakukan riya’ (memamerkan ibadah agar dipuji manusia), seperti yang disebutkan oleh Al-Baghawi rahimahullah dalam kitab Tafsirnya 2/391,

 قال مجاهد : هم أهل الرياء

“Berkata Mujahid mereka adalah para pelaku riya`”

[Bersambung]

Anda sedang membaca: “Sumber Rujukan dalam Menafsirkan Al-Qur`an”, baca lebih lanjut dari artikel berseri ini:

  1. Sumber Rujukan dalam Menafsirkan Al-Qur`an (1)
  2. Sumber Rujukan dalam Menafsirkan Al-Qur`an (2)
  3. Sumber Rujukan dalam Menafsirkan Al-Qur`an (3)
  4. Sumber Rujukan dalam Menafsirkan Al-Qur`an (4)
  5. Sumber Rujukan dalam Menafsirkan Al-Qur`an (5)

***

Penulis:
Artikel: Muslim.or.id

🔍 Apa Itu Madzi, Hukum Mengucapkan Kata Cerai Dalam Keadaan Marah, Gambar Sholat Jumat, Hakekat Ilmu, Khinzib


Artikel asli: https://muslim.or.id/29738-sumber-rujukan-dalam-menafsirkan-al-quran-4.html